Minggu 1:30 AM (26/12/10) @omsotong, @krshnadtya, @natakusumah, @karyaibubapak, dan @krisfandiA tiba di GBK yang pasti ketebak tujuannya adalah untuk beli tiket Final leg 2 Piala AFF. Dateng dari jam segitu, kita optimis banget bakal dapet posisi antrean bagus dan membawa pulang 9 tiket ke Bandung. Seberapa optimis? Se-optimis foto ini:
ki-ka: @krisfandiA, @krshnadtya, @natakusumah, @karyaibubapak
Kami parkir di depan pintu utama GBK, alih-alih biar keluarnya gampang dan mengincar antrean di loket depan pintu utama SUGBK. Hari itu gelap banget, kami mendekati sebuah kerumunan massa yang ternyata sudah mengantre duluan di depan loket. Gue pun mendekati kerumunan itu untuk memastikan bahwa disitulah loket yang kami ‘incar’. Belum lagi nyampe 20 meter jarak gue ke kerumunan itu. Tapi apa yang terjadi? DISORAKIN cing!! Errr!! Gue masih inget beberapa celetukan, suara tanpa kepala, diantaranya adalah: “Sana loe dari belakang!”, “Woy! Gue dari jam 9 nih, sana loe!”, “Di belakang sono noh, banyak jajanan!”. Ishh,, dikira gue ga tau antri apa? Sensitif sekali orang-orang ini. Meski becanda, ini *norak! *Minus satu poin untuk suporter Indonesia.
Akhirnya kami pun ‘gelar tiker’ di posisi antrean yang yaa,,, kurang lebih 100 meter dari loket! Kaget juga, jam setengah dua pagi antrean udah segini, padahal loket baru dibuka pukul 10 pagi. Ga heran juga, baru juga 10 menit disana, panjang antrean di belakang kami udah nambah lebih dari 10 lebar lapangan basket. Satu jam berlalu, rasanya antrean udah sepanjang satu keliling lapangan sepakbola. Dua jam setelahnya, ujung antrean udah ga keliatan. Gila!
Antrean mulai bergerak pukul 6 pagi, bukan karena loketnya dibuka, tapi untuk ‘merapatkan’ antrean. Maklum, di saat matahari terbit, banyak yang terkaget-kaget dengan kehadiran ‘ninja-ninja misterius’ yang hadir di tengah-tengah jalur antrean. Sigh!
Sekitar pukul 07.00, GBK udah dipenuhi orang. Antrean terus merapat agar tak diselak. Tapi mau bilang apa, orang-orang bermimik innocent sudah berdiri manis di samping kanan-kiri jalur antrean. Mungkin tuli, mereka cuek aja meski udah disindir secara frontal oleh pemegang jalur antrian yang ‘sah’. Dan di sinilah gue ga melihat bentuk perhatian dan penanganan masalah ini oleh LOC/PSSI. Sampai dengan pukul 09.00 tak ada petugas penjaga atau panitia yang menjaga jalur antrean. Akibatnya? Jalur antrean yang tadinya hanya 2 banjar, persis di belakang kami kondisinya udah seperti ini:
Gila! posisi antrean udah ga aman! Padahal, pasca ‘perapatan’ antrean, jarak loket tinggal kurang dari 50 meter lagi. Terjadilah akhirnya! orang-orang brutal menghampiri posisi kami. ‘Tukang selak’ menyelak dari kanan, kiri, bahkan ditengah-tengah 2 jalur antrean. Inilah akibat tidak adanya tindakan preventif oleh LOC/PSSI untuk hal-hal seperti ini. Ini FINAL hei!! *Gak Belajar dari pertandingan-pertandingan sebelumnya apa?! *Minus sepuluh poin untuk PSSI.
Adegan pun berangsur ricuh! Udah jelas ini orang-orang cuma bermodal otot dan emosi. Lempar kanan, lempar kiri, dorong kanan, dorong kiri, copet kanan, copet kiri. Ngomong-ngomong soal copet, ada juga lho yang kecolongan dompetnya. Damn! Masih ada aja yg manfaatin kesempatan dalam kesempitan. Miris. Baru jadi copet kere, gimana kalo udah jadi copet berdasi? Untungnya gue dan teman-teman ga kecopetan apa-apa, hanya antrean yang ‘dicopet’ terussss.
Simulasi antrian Tiket Final leg 2 AFF di GBK.
Jadwal loket dibuka adalah pukul 10.00, sungguh memprihatinkan loket baru dibuka nyaris pukul 11.00. Antrean semakin gila, dari antrean dua banjar, jadi beberapa banjar, sekarang sudah seperti semut mengerumuni kecoa mati. Selain tidak adanya antisipasi dari LOC/PSSI, masyarakat juga menunjukkan karakter aslinya, kebobrokan mentalnya. Merekalah orang-orang yang maunya menang sendiri dengan segala cara, tidak ada respek sama sekali dengan orang yang sudah berkorban dari dini hari. Masih mengaku suporter negeri ini?!?! Menerima ‘kekalahan antrian’ saja tidak bisa, apalagi menerima kekalahan Timnas di GBK. Cih! *Ga bisa Menerima Kekalahan. *Minus satu poin lagi untuk suporter Indonesia. Gue sedih sebagai bagian dari mereka, Suporter Indonesia.
Loket pun dibuka, tepuk tangan dan sorak sorai bergema.. Tapi apa mau dikata? Senyum tak bertahan, berganti kecut bukan kepalang. Dalam tempo kurang dari satu jam, tiket LUDES!!! Gak kebagian, dengan sedih kami pun keluar kerumunan. Santai sejenak, pukul 12.30 kami pun pulang ke Bandung.
Di tengah perjalanan, kami coba mencerna kasus ini dengan pikiran tenang. Bermodal ilmu kalkulus seadanya kami pun menjabarkan ‘keanehan’ peristiwa ludesnya tiket. PSSI merilis bahwa di hari itu hanya akan melepas 30.000 tiket untuk kelas III. Dan disebar dalam 4 loket penjualan. Secara matematis, tiap loket kebagian 7.500 tiket, dan ketentuan yang berlaku adalah setiap orang maksimal beli 5 tiket. Kalo tiap orang memanfaatkan jatah maksimal (5 tiket), nomor urut pada kupon minimal harus sampe angka 1.500 di tiap loketnya. Nah pas loket ditutup tadi, selesai di angka 500-an! DIMANA SISANYA!? Grrr…
Seandainya gue ga kebagian tiket karena kalah cepet mengantre dan antrean berjalan sesuai aturan, gue terima. Nah ini.. sampah semua para penyelak!! Sistem penjualan pun tak kalah rusak. Klo PSSI/LOC bisanya atau ‘mau’nya cuma jualan tiket, taro aja tiketnya di counter pulsa! – -“
PSSI tidak mampu memahami dan menangani Konsumennya.. apalagi mengedukasi!
Nyampe di Bandung, gue menyalakan tivi, dan apa yang terjadi? ini:
Keliatan kan? Sistem-nya bobrok, entitas-nya pun ga kalah goblok!
SO, INIKAH YANG DISEBUT BERDOSA DEMI GARUDA?
__________________________________________________
Menurut pemahaman gue, masyarakat sepakbola adalah federasi, liga, klub, pemain, dan suporter.
3 kata yg mencerminkan masyarakat sepakbola Indonesia: buta, tuli, badak.
1.Buta
Gak bisa bisa ngeliat dan belajar dari apa2 yg udah terjadi. Gak bisa liat ‘rambu’, buta aturan. Membutakan diri dari berbagai kesalahan.
2.Tuli
Gak bisa denger semua kritik dan saran yg masuk. Tuli! Udah diledekin ‘nyelak’ masih (pura2) gak denger. Tuli! Menulikan kuping sendiri dari berbagai cerita busuk demi keuntungan pribadi.
3.Badak
Udah dikasi saran, kritik, kritik pedes, kritik super pedes yg sarkas,, tetep aja jalan sesukanya. Badak! Struktur Organisasi Federasi penuh cela tapi masih dibela. Badak! Muka ‘tukang selak’ kaya badak!
Sistem yang buruk bahkan bisa berjalan aman kalo tertolong tingkah-polah masyarakat yang baik pula. Tapi klo masyarakat masih seperti ini, dikasi sistem bagus juga tetep amburadul.
Kondisi Existing Masyarakat Sepakbola Indonesia: Sistemnya korup, cara entitas (masyarakat) memasuki/mengikuti sistemnya juga korup. Yang artinya PSSI-nya korup, ditambah kebiasaan nyelak antrian, beli tiket dari ‘kenalan’, dan *mendukung percaloan. Itu juga tergolong perilaku korup juga kaan?
*buat gue, beli tiket di calo sama artinya mendukung percaloan.
__________________________________________________
Final Leg 1 sudah digelar di Bukit Jalil, dan menyisakan kekalahan telak Timnas 3-0 oleh Malaysia. Terlepas dari gangguan laser dan teror suporter lawan, permainan Firman Utina dan kawan-kawan memang jauh di bawah standar. Timnas mainnya berat banget, seperti berlari di atas lumpurrr.. ups!
Ya! yang gue kambing hitamkan adalah beberapa ‘event’ di luar teknis yang dijalani Timnas sebelum berangkat ke Malaysia.
1. Sarapan di kediaman Aburizal Bakrie
Saat Nurdin bawa timnas ke rumah Bakrie pagi-pagi, agenda timnas itu harusnya latihan, terutama buat pemain cadangan yang ga main waktu lawan Filipina.
2. Istighotsah ke ponpes Assidiqiyah
Tentu ga ada yang salah dengan kegiatan ini. Tapi, saat Nurdin bawa timnas istighotsah (dengan nama Nurdin gede-gede terpampang di spanduk), agenda timnas sebenarnya adalah jacuzzi & relaksasi demi kebugaran pemain.
Ini belum termasuk wawancara ekslusif beberapa pemain Timnas dan official tim baik di pesawat ataupun di hotel oleh salah satu televisi swasta yang juga dimiliki oleh pemilik rumah dimana Timnas diajak sarapan kesana :p
Fix! Yang mesti dibenerin itu semua elemen masyarakat sepakbola Indonesia..
Yang artinya gue juga.
Dimulai dari reformasi PSSI!!
Sudah saatnya profesional muda mengganti para dedengkot tua .#reformasi #PSSI
Btw, ini oleh-oleh dari Bukit Jalil:
Kurang puas masang di negeri sendiri,
eh dipajang di negeri seberang!!
Buat loe para tukang selak antrean tiket di GBK,
gue titipkan semangat dan dukungan gue buat Garuda..
Apapun hasilnya jgn norak guys!