Since this blog managed by a dumbass, tolong dimaklumi kalo gue loncat-loncat soal postingan sekuel GOLF 101 ini :). Di postingan sebelumnya, gue pernah bilang kan bahwa golf ini penting di bidang pekerjaan yang gue jalani saat ini, oke ini saatnya gue share kenapa itu bisa terjadi.
- Disclaimer: Demi menjaga privasi, dalam postingan ini gue ga akan nampilin foto/dokumentasi gue bersama business partner/klien.
Jadi gini, banyak yang bilang lapangan golf adalah tempat terjadinya deal-deal besar dalam bisnis. Ya itu bener sih. Tapi, buat gue itu tidak sepenuhnya menjadi ‘tujuan’ dalam olahraga ini. Pertanyaan: 1. Apakah dengan closing a deal di lapangan golf pasti membuat loe atau perusahaan loe punya nilai tambah di mata klien? 2. Apakah closing a deal di lapangan golf mampu membina hubungan bisnis yang berkelanjutan? Jawaban untuk keduanya adalah BELUM TENTU, dan gue termasuk yang TIDAK SETUJU. Bayangkan ketika loe mengincar sebuah deal di lapangan, dimana saat itu perasaan klien punya pengaruh lebih dominan dibandingkan dengan logikanya dalam mengambil keputusan (karena mungkin lagi happy). Dan dengan senyum bangga loe pulang dari lapangan membawa secarik kontrak yang telah ditanda-tangani. Lalu coba bayangkan apa yang dipikirkan klien setelah itu. Apakah dia tenang, puas, menyesal, atau bahkan merasa terjebak? Semua kemungkinan bisa terjadi. Di postingan ini gue ga bakal cerita tentang bagaimana closing a deal di lapangan golf. Karena memang gue ga tahu soal itu dan tentu saja tidak menjalankan praktik-praktik semacam itu. Buat gue golf hanyalah sebuah media untuk membina hubungan baik yang berkelanjutan, sisanya bekerjalah secara profesional. Buat loe yang berespektasi gue akan menulis cara bikin deal di lapangan golf, silahkan kecewa. Gue hanyalah seorang ‘cupu’ yang percaya bahwa,
Every good business is based on logical thoughts.
Gue ga akan pernah men-drive para klien pada sebuah deal yang gue yakini tidak bersifat ‘simbiosis mutualisme’. Menjadi bagian dari kesuksesan klien dan tidak menjadi kontributor dalam kegagalan mereka adalah PRINSIP yang gue pegang. Okay, cukup intro-nya, saatnya masuk ke inti postingan. Bermain golf bersama klien tidak sama dengan bertanding golf dalam sebuah kompetisi. Yang gue maksud berbeda bukanlah peraturan, tapi adalah bagaimana cara kita menempatkan diri dan memperlakukan mereka. Gue akan coba share 10 hal yang perlu loe pahami pada sebelum, sedang, dan setelah bermain golf bersama klien.
1. Basic Skill Adalah Keharusan
Loe yakin mau turun ke lapangan dengan kondisi basic skill aja belum dikuasai? Take a lesson dulu bro.. Kalaupun dasar-dasar teknik sudah punya, ada baiknya diperlancar dengan rutin latihan di driving range. Kenapa ini penting? Karena jangan sampe kehadiran loe di lapangan nanti malah bikin klien loe ‘bete‘ karena memperlambat permainan (dikarenakan pukulan loe yang kerap meleset). Ketidak-mampuan bermain hanya akan mempermalukan diri loe sendiri dan menjauhkan perusahaan yang loe wakili.
Don’t combine golf and business until you’re playing competently.
2. Dress Code
Salah satu permulaan terbaik sebagai seorang pemula adalah diajak bermain golf oleh klien loe. Gue sih yakin, kalo kita masih pemula cenderung ragu-ragu dan malu-malu kalo ngajak orang. Tapi ketika klien loe yang ngajak? That’s a good sign! Penyakit paling awam orang yang pertamakali diajak turun ke lapangan adalah how to dress. Jangan sampe loe dateng cuma pake kaos bola, celana jeans, dan topi beridentitas cabang olahraga lain. Jadi gimana dong? Silahkan cek postingan gue sebelumnya ya tentang apparel golf.
In golf, what you wearing shows how you respect the game and the opponents.
3. Datang Lebih Awal
Telat adalah penyakit di segala hal, baik di olahraga maupun di bisnis. Loe mau dianggap berpenyakit di dua bidang sekaligus? Jadi gini, umumnya permainan golf dilaksanakan sebanyak 18 hole, dimana untuk menyelesaikannya rata-rata butuh waktu 4-5 jam. Standar tee-off adalah jam 6-7 pagi. Jadi, siap-siap ‘bete‘ karena kepanasan ya kalo loe telat tee-off. Selain itu, kenapa gue bilang datang lebih awal?
Karena sebelum tee-off, biasanya loe dihadapkan pada obrolan pagi penuh gizi, yang kalo loe lewatkan = rugi.
4. Ikuti Aturan
Sejujurnya gue pernah ngalamin hal buruk gara-gara menganggap enteng aturan. Gara-garanya adalah bola hasil pukulan gue masuk ke dalam rough, dimana saat itu dengan entengnya si bola gue angkat pake tangan dan pindahin balik ke fairway untuk dipukul lagi. Si klien yang melihat itu langsung ‘bete‘, dan mukanya nunjukkin kalo dia memandang remeh gue. Mungkin dalam hati dia bilang, “Nih anak ga tau aturan, males deh main sama dia lagi”. Jadi ya, tetaplah ikuti aturan, lebih-lebih ketika bermain sama orang yang belum loe kenal dengan baik karakternya.
Semakin detail aturan itu loe ikuti, sedemikian juga loe akan lebih ‘dianggep’. Kenapa? Itu nunjukkin kalo loe profesional in person.
5. Etika di Fairway
Ikuti aturan paling dasar, yang memukul duluan adalah yang posisi bolanya lebih jauh dari hole. Ketika dihadapkan pada hole dengan jumlah Par 4-5, ujian terberatnya adalah saat bola masih berada di fairway. Loe akan semakin bernafsu menghasilkan pukulan jarak jauh untuk memangkas jumlah pukulan. Semakin loe nafsu, semakin tidak ‘istiqomah’ hasil pukulan loe. Padahal, memasuki fairway adalah sesi ngobrol-ngobrol lanjutan dari obrolan sebelum tee-off. Jadi, kalo seandainya klien loe sudah cukup konsisten pukulannya, usahakan selalu bola hasil pukulan loe bisa searah atau mendekati hasil pukulan dia. Jangan sampe ‘mencong-mencong‘, yang tadinya pengin lanjut ngobrol malah kepisah-pisah akhirnya. Lebih-lebih kalo loe berada dalam satu golf cart dengan klien loe.
‘Kan ga lucu kelamaan di fairway cuma gara-gara golf cart harus bergerak ‘zig-zag’ karena pukalan loe dan klien loe ‘tidak satu frekuensi’ :D
6. Etika di Green
Ketika memasuki green jangan berisik. Usahakan untuk tetap diam, mulai dari lawan hendak melakukan putting, sampai dengan bola berhenti atau masuk hole. Biarkan dia berkonsentrasi. Selain berisik, salah satu aksi paling provokatif dalam golf (yang mungkin belum elo pada tau) adalah, ketika memasuki green janganlah melintas pada jalur putting lawan-lawan loe, lebih-lebih dengan menggosok-gosokkan sepatu. Ini adalah aksi yang provokatif. Di green, maksimal lo harus bisa masukin bola ke hole dalam dua kali kesempatan. Lebih dari itu, kecil peluan loe untuk mendapatkan Par. Inilah kadang-kadang yang membuat loe kesel dan ngotot. Dalam golf ga boleh ngotot, dan kalopun loe kesel jangan tunjukkin terlalu vulgar kayak teriakan, umpatan, banting golf clubs dan lain-lain. Itu hanya akan menunjukkan ke klien bahwa loe seorang yang tempramen, ‘species’ yang dihindari dalam hubungan bisnis. Di sisi lain, jangan juga terlalu jumawa ketika loe tampil lebih baik dari klien loe.
Accept failures with grace, and victories with humility. It makes them felt that playing golf with you is something that is always looked forward to.
7. Jangan Taruhan Apapun
Taruhan adalah godaan berat dalam olahraga ini. Godaan untuk ‘taruhan’ dalam olahraga golf ibarat buah khuldi yang berhasil menggoda Nabi Adam. Taruhannya bisa macem-macem. Paling standar sih adalah gross stroke terendah per hole. Nilai taruhan sangat variatif tergantung kesepakatan, yang jelas cara menghitungnya adalah: “n x lembar merah”. Biarpun terbungkus kesenangan, dalam bertaruh siapa yang mau rugi? Atau siapa yang tidak mau untung?
Bertaruh dalam golf menimbulkan rasa kompetitif yang tak terbendung sehingga bikin suasana bermain golf jadi kurang asik.
8. Fair Play
Golf membuat kita menjadi ‘polisi’ bagi diri kita sendiri. Di sana ga ada wasit, juri, apalagi hakim garis. Cuma elo dan kejujuran loe. Mengaku jumlah pukulan lebih sedikit dari kenyataan saat mengisi score card, menendang bola di dalam rough supaya dapet spot memukul lebih baik, atau sekadar menaruh mark tidak sesuai dengan berhentinya bola di dalam green, adalah beberapa contoh perilaku tidak fair play dalam golf. Jangan terlalu pede bahwa lawan loe tidak mengetahui itu sehingga ini jadi kebiasaan elo. Integritas loe bisa menjadi taruhannya jika mereka sudah muak dengan ‘kebiasaan’ loe tersebut.
Success will come and go, but integrity is forever. That’s the key of a good long-term business relationship.
9. Timing Bicara Bisnis
Di lapangan golf, hubungan secara hirarki dapat dieliminasi. Sehingga membuat komunikasi menjadi lancar dan fleksibel. Suasana yang terbentuk setara tersebut mendorong komunikasi kita tidak hanya bersifat vertikal, melainkan horizontal, atau bahkan diagonal, dan mungkin circular (emangnya track lari, hehe). Ciptakan topik-topik yang santai namun berkelas, ringan tapi tidak murahan. Hindari bicara bisnis, unless klien loe sendiri yang membuka pembicaraan. Adapun ketika ada hal penting terkait bisnis yang memang harus loe bahas saat itu, ciptakan momen loe sendiri. Saat terbaik adalah ketika loe dan si klien dalam perjalanan menuju tee-box baru setelah menyelesaikan sebuah hole. Usahakan itu terjadi pada hole-hole terakhir, misal hole ke-15 atau lebih.
Intinya, porsi bicara bisnis saat bermain golf jangan sampai lebih besar dari topik di luar bisnis. Atur porsi yang cukup, timing yang pas, dan to the point.
10. Fee & Tip
Course fee biasanya terdiri dari green fee, cart fee, caddy fee, dan pajak. Jika loe adalah pihak yang punya kepentingan lebih dari klien loe, just take the bills. Reguler flight gue setiap bermain golf terdiri dari 2 orang project manager dan seorang owner mining services company. Mereka yang secara hirarki lebih tinggi dari gue kadang punya gengsi tersendiri, tidak jarang mereka yang took the bills. Itu juga oke-oke saja. Selain course fee, adalah menjadi kebiasaan para golfer untuk memberikan tip kepada caddy. Beberapa pemain reguler, biasanya juga punya seorang caddy yang menjadi langganan. So, just let everyone handle the caddy tip themselves. Caddy tip sangat variatif, yang jelas loe mesti tahu ‘pasaran’ di golf course terkait. Jangan sampe mengubah pasaran yang nantinya bikin kesenjangan.
Sebagai pihak yang punya kepentingan lebih, tidak melulu elo yang harus handle all the bills. Ciptakan suasanya yang casual dan nyaman. Percayalah, tidak semua orang nyaman dibayarin terus :)
……………………………………………………………………………….
Secara umum, interaksi dalam bermain golf ibarat membuka ‘jendela’ dimana loe dapat mengintip (dan juga diintip) hal-hal bersifat personal seperti nilai-nilai kepribadian dan perilaku. Perilaku seseorang di lapangan, merefleksikan karakter dan etika bisnis mereka. Manfaatkan ‘jendela’ ini sebagai proyeksi citra positif dari diri loe dengan menunjukkan etika golf-bisnis yang tepat. Itu aja deh. Intinya, jangan biarin sikap dan perilaku loe di lapangan malah menjadi ‘handicap‘ yang melemahkan. Baik untuk loe maupun perusahaan. Semoga loe bisa menciptakan suasana bermain golf yang menyenangkan, yang membuat value diri loe bertambah tinggi, profesional, dan semakin bisa dipercaya.
Extra: Mereka yang ruang kerjanya punya perangkat mini golf seperti di atas, kadang dianggap klise atau sekadar gaya-gayaan. Percaya deh, there’s a certain purpose.
See ya, di postingan berikutnya!